Tempat menginap kusebut saja BII Palace, karena sigrongnya gedung berlantai 2 berkamar 7 itu. Sungguh tempat yang nyaman buat beristirahat. Dengan hawa yang bersih dan cuaca yang dingin, meskipun di musim kemarau yang panjang ini yang ditandai dengan kurangnya pasokan air tanah dan tumbuhan yang meranggas.
Selain neng Ita putri cikal yang bertindak sebagai kepala keluarga Haji Bii, gedung besar berkualitas istana ini dihuni oleh sedikitnya 4 pengurus rumah tangga. Di garasi terdapat sedikitnya 3 unit mobil. Di halaman yang bisa memuat 4 unit mobil atau 2 unit ditambah satu unit bus medium, terdapat taman yang asri dihalaman depan dan 3 saung di halaman belakang. Saat ini sedang dibangun kolam dibawah 2 saung yang terhubung ke ruang duduk dan satu saung tempat pemancingan ikan yang terhubung ke dapur. Menurut Haji Bii, tempat ini mampu menampung 600 orang, dan kalau saung sudah jadi akan mampu memuat 1000 orang.
Di malam Minggu, Haji Bii dan ibu berkenan mendampingi kami. Sosok pengusaha sukses yang dermawan ini berkenan banyak mengobrol tentang pribadi dan keluarganya. Juga menaruh perhatian akan pancakaki keluarganya. Kebetulan sebagian contohnya sudah tersimpan di http://pancakaki.blogspot.com/ Seri W, X, Y dan Z.
Besoknya selepas Dhuhur menjelang keberangkatannya ke Jakarta, Haji Bii sempat menawarkan kerjasama buat memanfaatkan toko swalayan Arafat.
"Arafat terpaksa tutup karena daya beli masyarakat yang hanya mampu beli disaat panen saja." Tawa Haji Bii.
"Tentunya tak sebanding dengan biaya operasionilnya. Insyallah," Responku. Karena saat itu belum terbayang bentuk apapun.
"Selain Arafat yang berkapasitas 500 M2 itu, masih ada lahan kosong yang sekarang dijadikan lahan pendidikan untuk pembibitan sayuran bagi warga setempat.
(Sayangnya 4 tempat usaha berikut TB Hira itu belum sempat kupotret.)
2 komentar:
bagus tapi sayang kalo jadi lapangan putsal tuh arapah hebat siganamah.....bisa tambah rame and bisa emnciptakan anak anak muda yang gila akan sepak bola
wahhh deket tuh sama rumah sya :D
Posting Komentar